Focus On : Roufy Nasution

Pengalaman pertama melakukan proses kurasi film sebuah Festival Film lokal di Surabaya memberikan kesampatan mendapatkan privilege menonton karya-karya filmaker, duluan. Selama ini saya hanya bernafsu dan bangga menjadi penonton festival film, dan kali ini terdapat tantangan yang signifikan, karena saya akan menonton banyak film bukan untuk bersenang-senang, namun untuk menentukan nasib apakah sebuah film akan diputar dalam perayaan ini atau tidak. Dalam prosesnya — saat saya menonton banyak film pendek yang disubmit kepada panitia — tidka jarang saya menemukan film-film yang “nyantol” di otak, bahkan kesannya masih terasa sampai dengan sekarang.

Terdapat satu judul film, yang tidak lolos kurasi, namun salah stau film yang sangat “nyantol”, yaitu Elise And The Unseen Foot, karya Roufy Nasution. Saking nyantolnya saya me-googling nama ini dan ternyata ada beberapa filmnya yang sudah pernah saya tonton sebelumnya : It’s Not Your Home Anymore dan Jeni Lova. Kamudian saya melakukan pencarian di YouTube, alih-alih beruntung mendapatkan karya Roufy lainnya. Kemudian saya menemukan beberapa judul, seperti Swaying Lullaby a Dance (bisa ditonton di sini). Kemudian saya mengunjungi websitenya, saya menemukan ada beberapa film lainnya yang telah direkognisi (diputar) di beberapa festival. Dengan motivasi ingin menonton beberapa film terebut, maka saya mengirim email pribadi kepada Roufy dan berharap bisa memberikan filmnya untuk saya tonton. Saya mengucapkan terima kasih banyak kepada Roufy, sudah bersedia memberikan film-filmnya untuk saya tonton.

Berikut ini adalah film-film karya Roufy Nasution:

  1. Swaying The Lullaby a Dance
  2. The Dancing Housemaid
  3. Sleep For The Big Shadow
  4. Under The Tree She’s Disaster
  5. Thanks Freedom
  6. Roufy’s Sleep Chair (2014)
  7. Luna (2015)
  8. It’s Not Your Home Anymore (2015)
  9. Darapuspita Dianti (2015)
  10. Jeni Lova (2016)
  11. Elise And The Unseen Foot (2016)
  12. The Hotels’s Water (2016)
  13. Game Of Honest – belum nonton
  14. A Night Trip – belum nonton
  15. Sweetness Satan (2017) – belum nonton

Setidaknya Roufy Nasution telah membuat 15 film pendek dalam rentang waktu yang bisa dibilang singkat. Sejauh pengatahuan saya (mohon diupdate jika pengetahuan saya kurang), belum ada sutradara film pendek dengan produktivitas seperti Roufy Nasution. Saya tidak tahu “dapur” Roufy seperti apa, namun sepertinya salah satu cara untuk menghemat biaya adalah menggunakan dirinya sendiri sebagai talent. Tbh, akting Roufy di film-filmnya sendiri menurut saya kurang mengesankan. Hal ini juga saya rasakan untuk beberapa talent yang lain yang beberapa kali muncul di beberapa filmnya. Seperti tokoh laki-laki di film Holymoon dan sang calon mempelai pria di film Jeni Lova. Mungkin, akting bukan sesuatu yang bisa diunggulkan di film-film Roufy, namun ada hal lainnya. Sebagai berikut.

Menonton beberapa film Roufy, saya menemukan beberapa signature sebagai atribut di filmnya. Pertama adalah warna. Ada beberapa film Roufy dengan warna-warna kontras dan pastel. Kedua, vintage. Dua film Roufy : Darapuspita dan Jeni Lova sangat kental dengan 2 signature ini. Dua film ini menggunakan warna-warna yang pastel yang kontras, dan properti-properti yang bernuansa vintage. Ketiga, dialog, percakapan, dan kata-kata yang sangat memiliki struktur kalimat yang lengkap. Keempat, film-film Roufy menampilan perilaku-perilaku yang terkadang aneh, absurd, tidak wajar. Kelima, komposisi shor yangterkadang disusun simatris, dan jarang sekali ada shot yang bergerak. Roufy lebih sering menempatkan kamera yang menampilkan shot yang kaku. Keenam, film-film Roufy menampilkan sisi emosi manusia yang agak berbeda. Emosi-emosi dengaja diciptakan, merespon sesuatu dengan “tidak-pada-tempatnya”. Shot yang kaku ini menguatkan penangkapan emosi yang aneh tersebut.        

Di Twitter, ada sebuah pencerahan yang saya peroleh setelah saling berbalas Tweet dengan Deni Novandi. Dia mengatakan, bahwa Roufy terinspirasi oleh karya-karya Wes Anderson, Roy Andersson, dan Yorgos Lanthimos. Oh pantas.

Leave a comment